Flow

Sabtu, 07 Januari 2012

Explore South Sulawesi Des 2012 (Part Makassar, Maros dan sekitarnya)

Kembali lagi pada cerita saya yang masih seputar Explore South Sulawesi pada Desember yang lalu,,,           Kalau kemarin saya bercerita panjang lebar mengenai keindahan dan eksotisme dari Tana Toraja. Sekarang saya ingin mengupas cerita seputar perjalanan saya selama di Makassar dan tempat - tempat lain disekitar Makassar seperti Maros dan Sombaopu. Kalau banyak yang mengatakan bahwa Makassar itu panas, kenyataannya tidak. Karena sekembalinya saya dan teman - teman dari Toraja, Makassar hampir diguyur hujan setiap hari.

Saya, Mba Cici, Irwan, Sigit, Aman dan Acho sempat melakukan perjalanan menuju Taman Nasional Bantimurung - Bulusarung di Kab. Maros, Sulawesi Selatan. Taman Nasional ini sangat terkenal karena menjadi tempat dair banyak kupu - kupu bahkan yang langka sekalipun. Sehingga seorang ilmuwan asing menjuluki kalau Taman Nasional Bantimurung ini adalah The Kingdom of Butterfly. Selain itu, di dalam Taman Nasional ini juga terdapat air terjun, kolam pemandian serta Gua Batu dan Gua Mimpi. Tidak lupa juga penangkaran kupu - kupu yang terkenal di tempat ini. Perjalanan menuju Taman Nasional Bantimurung ditempuh sekitar 1 jam perjalanan dari Makassar dengan memakai sepeda motor. Sepanjang perjalanan tidak lupa disuguhi dengan pemandangan alam yang indah, berjejer tebing - tebing batu, lembah dan juga hamparan sawah hijau dan sawah mulai menguning. Disini rumah - rumah penduduknya masih banyak yang berbentuk rumah panggung dan tradisional.

Begitu sampai di Taman Nasional Bantimurung langsung berucap Subhanallah. Tidak menunggu lama langsung masuk kedalam. Dengan membayar tiket masuk seharga Rp10.000 per orang, kita sudah dapat menikmati keindahan Taman Nasional Bantimurung - Bulusarung. Di depan pintu masuknya terdapat patung kupu - kupu besar yang menandakan bahwa disini terdapat penangkaran kupu - kupu. Setelah masuk kedalam, langsung terdengar gemuruh keras air terjun yang terdapat disini. Karena sedang musim hujan, jadi air terjun yang mengalir deras sekali dan warnanya juga sedikit keruh. Perjalanan saya dan teman - teman terus berlanjut masuk ke dalam Taman Nasional ini, dan sampai pada mulut Gua Batu. Dengan ditemani oleh seorang guide, maka saya dan teman - teman mulai perjalanan masuk ke dalam Gua Batu. Gua Batu ini terbentuk dari batuan karst yang unik. Stalaktit dan stalakmit di Gua ini masih terus tumbuh dan berkembang, walaupun untuk mencapai ukuran sekian cm membutuhkan waktu sekitar 60 thn dan jika ujungnya di pegang, maka akan memperlambat proses pertumbuhannya. Tanah licin dan udara lembab serta gelap tidak menghalangi semangat kami semua untuk masuk kedalam dan mengeskplore tempat tersebut. Sampai di mulut gua terdapat batu gendang. Menurut guide, orang yang dulu tinggal di tempat ini selalu membunyikan batu gendang sebagai pertanda bahwa mereka masuk ke dalam rumah. Selain itu terdapat pula tempat bertapa yang digunakan oleh Karaeng Bantimurung. Bertapa oleh masyarakat disebut "anggammala". Disini Karaeng bantimurung bertapa selama 40 hari 40 malam untuk mendapat kesaktian. Beliau merupakan manusia pertama yang menghuni alam Bantimurung. Selanjutnya terdapat pula tempat sholat Karaeng Bantimurung dan sumur yang menjadi tempat wudhu beliau. Selain itu ada juga batu - batu yang menyerupai kaki gajah, akar pohon dan bentuk - bentuk lain yang terjadi karena proses alami. 

Di dalam gua juga terdapat batu yang menyerupai monyet sedang duduk. Monyet ini diyakini sebagai monyet yang dulu tinggal di kawasan Taman Nasional ini. Monyet tersebut sebesar manusia dan di beri gelar "Toakala". Tempat Karaeng Bantimurung membersihkan diri sebelum melakukan pertapaan dinamakan sumur jodoh. Banyak masyarakat yang meyakini bahwa sumur ini dapat memudahkan setiap orang mendapatkan jodoh ketika mengunjunginya. Sehingga tidak sedikit orang yang mengunjungi tempat ini untuk dimudahkan dalam urusan jodoh. Goa Batu memiliki kedalaman sekitar 20 meter. Selain itu, ada pengalaman pribadi saya disini. Daeng yang memandu kami mengatakan bahwa menurut kepercayaan orang tua jaman dahulu, jika ada orang yang jatuh di dalam gua ini secara tidak sengaja, maka bagi yang masih sendiri dia akan segera mendapatkan jodoh, sedangkan yang sudah memiliki pasangan akan semakin langgeng dengan pasangannya. Sesaat setelah pemandu mengatakan demikian, saya pun jatuh karena terpeleset di dalam goa baru tersebut. Kompaklah teman - teman saya menggoda bahwa saya akan segera mendapatkan jodoh. Amien,, semoga saja mitos tersebut terealisasi. Hahaha,,,, jatuhnya sih tidak sakit, tapi malunya bukan main. Haduh. Satu hal yang sangat menyedihkan dan membuat saya cukup kesal adalah keindahan gua batu ini tidak di jaga oleh pengunjung yang datang ke tempat ini. Karena banyak sekali coreta di dinding - dinding batu yang terdapat di gua tersebut berisikan nama dan lain - lain. Sungguh perbuatan tidak terpuji, semoga teman - teman yang membaca tulisan saya ini tidak mengikuti perbuatan tersebut. Karena hal tersebut dapat merusak dan menganggu keindahan dari obyek wisata.

Setelah itu perjalanan berlanjut kembali ke Makassar, sebelum sampai saya dan teman - teman sempat singgaj untuk makan di rumah Sigit yang kebetulan rumahnya berada di Maros. Malam itu, dengan menyantap menu sederhana seperti bolu bakar dan telor ceplok, tapi nikmat sekali. Ditambah pemandangan disekitar rumahnya masih alami, di kelilingi oleh sawah dan rumahnya pun berbentuk rumah panggung (jadi ingat kampung halaman). Perjalanan ini kami lakukan pada Sabtu, 31 Desember 2011, bertepatan pada malam tahun baru. Sungguh pengalaman luar biasa. Karena sampai di Makassar sekitar jam 11 malam, maka kamu memutuskan untuk menghabiskan tahun baru sambil bercengkrama bersama di Universitas Hasanuddin saja. Sekaligus menikmati sepinya malam tahun baru. Semoga suatu saat nanti saya bisa kembali mengunjungi Sulawesi Selatan dan menikmati keindahannya. Sebenarnya saya juga ke Akkarena namun tidak lama karena hujan dan pasti ke Pantai Losari. Sayangnya lupa berfoto disana karena terlalu ramai.

Berharap semoga suatu saat nanti saya dapat kembali menjelajah Sulawesi Selatan. banyak daerah yang belum di kunjungi seperti Malino, Bulukumba, Sopeng, Bone dan lain - lain. Pengalaman manis tak terlupakan, melihat keindahan Indonesia lebih dekat. Terima kasih ya Allah atas karunia dan anugerah alam Indonesia yang indah ini, yang kau berikan aku kesempatan untuk menikmatinya. I Love Indonesia :-)
Air Terjun yang terdapat di Taman Nasional Bantimurung - Bulusarung. Karena sedang musim hujan, aliran air di air terjun ini cukup deras dan berwarna keruh. Tapi biarpun begitu, Air Terjun ini sangat menarik perhatian pengunjung.
Papan Pemberitahuan Mengenai Gua Mimpi yang memiliki legenda mengenai Karaeng Bantimurung dan terdiri dari batuan Karst yang unik. Staklatit yang berada di Gua ini sungguh menakjubkan.
Dari kiri ke kana : Mba Cici, Irwan, Aman, Saya dan Sigit. Kami semua siap menjelajah Gua Batu di Taman Nasional Bantimurung - Bulusarung.
Inilah dia Stalaktit yang terdapat di dalam Gua Batu, Taman Nasional Bantimurung.
Ini dia tempat yang di gunakan oleh Karaeng Bantimurung untuk bertapa selama 40 hari 40 malam untuk menambah kesaktiannya.
Menyempatkan diri untuk mencuci muka dan merasakan segarnya air di "Sumur Jodoh" tempat yang dulu digunakan oleh Karaeng Bantimurung untuk mensucikan dirinya sebelum melakukan pertapaan atau beribadah.
Tempat sholat yang digunakan oleh Karaeng Bantimurung selama berada di dalam Gua Batu.
Inilah dia yang sangat disayangkan. Banyak sekali pengunjung yang mencoret - coretkan namanya di dinding batu di dalam Gua ini. Kreatif sih boleh. Tapi bukan berarti jadi merusak alam yang ada juga kan. Semoga teman - teman yang membaca tulisan saya ini tidak mengikuti perbuatan tersebut yah.
Batu yang bentuknya menyerupai monyet yang sedang duduk. Menurut masyarakat sekitar ukurannya sebesar manusia dan di beri nama "Toakala"
Stalaktit yang ada di dalam Gua Batu tidak hanya tumbuh dari atas, namun juga tumbuh dari dalam tanah. Butuh waktu berpuluh tahun agar stalaktit tersebut mencapai ukuran tertentu dan jika sudah besar, maka stalaktit yang tumbuh dari bawah dan atas akan bertemu dan menjadi satu batu yang utuh dan besar.
Sesaat setelah jatuh di dalam gua dan langsung membersihkan diri. Jatuhnya sih gak seberapa, tapi malunya bukan main. Jatuh yang tepat setelah mitos tersebut di katakan. Tinggal menunggu apakah mitos tersebut terealisasi atau tidak.
Akkarena. Menurut saya hampir sama seperti Ancol. Terletak di Tanjung Bunga dekat dari Pantai Losari. Paling indah melihat Sunset dari tempat ini. Dengan nuansa romantis dan mendung - mendung sore hari, tepat sekali untuk pasangan kekasih berkunjung ke tempat ini.

Taman Nasional Bantimurung - Bulusarung, Kab. Maros. Sulawesi Selatan. Sabtu, 31 Desember 2011
Pemandangan yang terlihat dari depan pintu masuk Taman Nasional Bantimurung - Bulusarung. Suasananya masih alami dan masih dipenuhi dengan pohon - pohon yang lebat dan hijau di selingi dengan gerimis hujan membasahi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar