Flow

Minggu, 17 Juli 2011

GENERASI MUDA DAN REALITA KEHIDUPAN DALAM “KOTAK KACA BERNAMA TELEVISI”

         Televisi memang bukan sesuatu yang bari dalam masyarakat modern saat ini. Seakan – akan televisi seperti telah menyatu dalam setiap denyut kehidupan masyarakat. Televisi memang di nikmati oleh semua lapisan, tidak hanya oleh kalangan usia dewasa namun juga dinikmati oleh anak – anak usia sekolah yang notabene para generasi muda yang mendapat terpaan dan dampak tv paling besar di bandingkan oleh kalangan dewasa.
            Pemerintah mengeluarkan undang – undang yang mengatur tentang penyiaran televisi, namun tetap saja para pelaku media yang sudah melanggar UU tersebut tidak di tindak tegas dalam penyiaran program – program yang tidak sesuai dengan ketentuan. Televisi yang seharusnya menayangkan program – program yang mendidik justru banyak yang tidak menjalani fungsi tersebut. Televisi pada kini hanya lebih besar pada program – program hiburan yang tidak mendidik dan sebenarnya sangat berbahaya bagi generasi muda. Contohnya saja acara gulat di televisi yang akhirnya memakan korban dalam usia anak – anak.
            Belum lagi realita kehidupan yang pada masa kini terbentuk oleh kota kaca bernama televisi. Banyak acara – acara reality show yang menampilkan adegan – adegan melankolis seolah – olah hal tersebut memang terjadi nyata dalam dunia ini. Padahal tanpa disadari pola piker masyarakat sekarang sudah di bentuk sedemikian rupa oleh televisi. Depkominfo tidak mampu menindak tegas tayangan yang sudah jelas tidak menampilkan konten – konten yang mendidik khususnya bagi generasi muda. Sedangkan pendidikan sejak dini terhadap generasi muda mengenai bahaya televisi tidak mendapat perhatian khusus bahkan di bangku sekolah.
            Independensi media juga sangat di ragukan pada saat kini. Bagaimana tidak, di masa reformasi saat ini media dikuasai oleh banyak tokoh – tokoh terkenal yang memang memiliki andil sangat besar sebaia pemilik modal. Oleh karena itu, banyak berita – berita yang di tayangkan pada televisi terkadang mementingkan kepentingan pemilik modal saja. Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI) melihat kurangnya kesadaran baik dari Pemerintah, pelaku media serta masyarakat tentang bahayanya program – program televisi yang tidak mendidik generasi muda.
            Kegiatan Hari Tanpa TV (HTT) yang di adakan setiap tahun oleh IMIKI di maksudkan sebagai bentuk protes serta keprihatinan IMIKI terhadap terpaan televisi yang begitu dasyat efeknya pada masyarakat khususnya generasi muda. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk mendukung Hari Anak Nasional dan sebagai bentuk kepedulian IMIKI terhadap generasi muda yang sekarang pola pikirnya semakin banyak di bentuk dan di pengaruhi oleh kotak kaca bernama TELEVISI.
            Kegiatan HTT ini di adakan serentak di seluruh daerah di Indonesia. Mulai dari Sumatera sampai Sulawesi. Beragama kegiatan di lakukan seperti aksi damai, audiensi kepada pihak – pihak terkait, seminar dan sosialisasi mengenai tayangan tv yang sehat serta aksi mematikan TV selama 1 hari. Selain itu, ada juga pembacaan petisi yang berisi tuntutan IMIKI yang akan di bacakan serentak di seluruh Indonesia dalam waktu yang sama. Kegiatan ini di adakan bukan untuk membenci TV. Namun kegiatan ini di tujukan sebagai rasa kepedulian serta keprihatinan mahasiswa ilmu komunikasi yang tergabung dalam IMIKI terhadap tayangan TV dan dampaknya.
            Kegiatan ini juga di tujukan untuk meningkatkan rasa kepedulian orang tua dan guru terutama dalam mengawasi dan mendampingi putera – puteri mereka saat menonton TV. Sehingga diharapkan kedepannya tidak ada lagi kejadian – kejadian yang disebabkan karena program – program TV yang tidak mendidik. Sehingga generasi muda menjadi generasi yang aktif dan menjalani hidup tanpa di bentuk oleh realitas klise dalam kotak kaca bernama TELEVISI.
            Oleh karena itu, Matikan TV anda 1 hari dan awasi tayangan yang tidak mendidik anak.

Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia
Fiola Ariyani 

Selasa, 12 Juli 2011

"MAHASISWA" Dalam Segala Tuntutan Masa Kini

Tulisan ini saya buat bukan bermaksud untuk menggurui ataupun menyinggung seseorang ataupun sekelompok orang.
Hanya saja, sebagai mahasiswa biasa saya ingin sedikit menyuarakan perkembangan yang terjadi pada kebanyakan mahasiswa saat ini.

Mahasiswa,, adalah sebuah gelar yang di berikan kepada siswa dalam tingkatan paling tinggi di dunia pendidikan. 
Setelah lulus SMA, pasti ada rasa kebanggaan dalam diri setiap pelajar jika bisa mencicipi yang namanya bangku kuliah. Bukan hanya kita sebagai pelajar ataupun lulusan - lulusan SMA yang akan merasakan euforia dunia perkuliahan, namun juga dan sudah pasti orang tua juga akan merasakan hal sama. Betapa bangganya orang tua yang mungkin pekerjaannya pas - pasan untuk menghidupi keluarga sehari - hari, namun mampu mengkuliahkan anak - anak mereka. sungguh suatu penghargaan luar biasa bagi mereka yang tidak akan di lupakan seumur hidup. 

Masuk dunia perkuliahan bagi mereka yang terkena dampak euforianya adalah masuk kuliah sudah berarti jaminan pekerjaan di depan mata. Maka berlomba - lombalah seluruh Universitas di se-antero Indonesia memberikan jaminan setelah kuliah langsung dapat kerja dan sebagainya. Bahkan tindak tanggung - tanggung, ada beberapa Universitas yang memberikan souvenir kepada calon mahasiswanya seperti notebook, BB dan benda - benda elektronik lainnya.  Tidak perguruan tinggi swasta ataupun negeri. Banyak janji - janji jaminan pekerjaan kepada mereka semua. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah apa sebenarnya esensi dari kata - kata KULIAH itu sendiri?

Memang menjadi mahasiswa merupakan suatu penghargaan sendiri yang nilai prestisenya sangat tinggi. Apakah kuliah hanya untuk cepat lulus dan cepat dapat kerja?? Lalu dimana letak dari esensi KULIAH itu sendiri?? Bahkan hal seperti itu banyak yang tidak disadari oleh banyak mahasiswa saat ini. Begitu kita menginjakkan kaki di tempat yang namanya UNIVERSITAS, maka kita akan di perkenalkan dengan yang namanya Tri Dharma Perguruan Tinggi yang isinya Pendidikan, Penelitian, Pengabdian Masyarakat. 

Mari bedah satu persatu. 
Tri Dharma Perguruan Tinggi yang pertama adalah Pendidikan. Disini jelas sekali bahwa kita sebagai mahasiswa melaksanakan kewajiban kita beserta mendapatkan hak dalam hal pendidikan. Bahwa tujuan kita melanjutkan ke Perguruan Tinggi adalah untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi. Inilah yang sering di sebut oleh banyak orang dengan sebutan "mencicipi bangku kuliah". Mahasiswa memiliki pengetahuan yang di dapat selama di dalam dunia pendidikan adalah untuk menambahkan nilai dalam dirinya sendiri mengenai suatu hal, bahkan sampai pada negara dan dunia. 

Tri Dharma Perguruan Tinggi yang kedua adalah Penelitian. Pendidikan merupakan hal rutin yang sudah menjadi keseharian dari mahasiswa. Sedangkan penelitian memang di tujukan agar kita mengetahui seberapa penting pendidikan ini dapat berpengaruh dalam suatu lingkungan. Penelitian juga bertujuan untuk mengukur efektivitas serta melihat gejala secara nyata yang terjadi di dalam masyarakat yang sebenarnya. Sehingga mahasiswa tidak lagi di hadapkan pada kasus - kasus ataupun kejadian - kejadian khayalan yang biasanya di bicarakan dalam bangku kelas. Dengan demikian, mahasiswa menjadi terbuka dengan lingkungannya.

Lalu Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terakhir adalah Pengabdian Masyarakat. Disinilah peran mahasiswa sesungguhnya di perlukan. Mengapa demikian? Karena dengan melakukan Pengabdian Masyarakat, maka mahasiswa mampu menerapkan apa yang sudah di dapatnya di bangku kuliah dan apa yang sudah di telitinya menjadi berguna bagi masyarakat sekitar. Dengan mengaplikasikan apa yang selama ini sudah di dapat seorang MAHASISWA di bangku kuliah, maka mahasiswa sudah betul - betul menjalani fungsi dan perannya sebagai mahasiswa. 

Lalu bagaimana dengan masa sekarang?? Apakah mahasiswa pada umumnya menyadari fungsi dan perannya yang sedemikian kompleks???? Saya rasa tidak, mungkin hanya sebagian saja mahasiswa yang menyadari fungsi dan peranan mereka yang sesungguhnya. Jujur saya katakan, bahwa mahasiswa saat ini sudah terkotakan dalam sebuah kotak kayu yang akhirnya menjadi tuntutan pada masa kini.  Jika dilihat, banyak mahasiswa yang hanya ingin kuliah, lulus dengan cepat dan dapat pekerjaan. Lalu, apakah dengan lulus kuliah cepat sudah menjadi jaminan bahwa mahasiswa tersebut sudah benar - benar menguasai ilmu yang di terimanya selama ini di bangku kuliah?

Tidak ada yang menjamin hal - hal seperti itu. Banyak mahasiswa yang notabene adalah teman - teman sepergaulan saya yang berpikiran untuk segera lulus kuliah dan mengejar skripsi secepatnya walaupun mereka menyadari bahwa masih belum menguasai ilmu yang didapat selama ini. Bahkan sebenarnya masih ada nilai - nilai yang perlu di perbaiki sebenarnya. Namun, karena tuntutan mau tidak mau mereka menyegerakan skripsinya. Beragam alasan di sampaikan, mulai dari tidak ingin kuliah terlalu lama, biaya kuliah yang mahal, ingin membantu orang tua dan lain sebagainya. Alasan apapun itu sebenarnya adalah sah saja. Namun yang di cari dari lulus kuliah cepat itu sebenarnya apa?? Apakah karena kembali lagi ke alasan prestise diri bisa lulus hanya dengan 3,5 tahun sehingga banyak yang beranggapan kita cerdas atau cepat karena cepat dapat pekerjaan??

Bukan berarti saya beranggapan bahwa kuliah lama sampai batas akhir 7 tahun juga baik. Di setiap pilihan pasti ada banyak pertimbangan yang di pikirkan oleh si pengambil keputusan. Namun hal seperti ini masih bisa di maklumi. Namun yang tidak bisa di maklumi oleh saya adalah, kuliah hanya untuk formalitas semata. Lebih baik beli gelar saja dari pada harus kuliah. Yah, memang bermacam - macam mahasiswa dalam segala tuntutan masa kininya.

Bagaimana dengan Pemerintah kita. Yah, seperti biasa bahasa diplomatis yang digunakan oleh Pemerintah, yang intinya biaya pendidikan akan tetap mahal dan bukan menjadi prioritas yang utama. Terlebih pada masa sekarang ini dimana mahasiswa di belenggu kekritisannya terhadap pemerintah dengan tuntutan segera lulus kuliah, biaya pendidikan yang mahal, bahkan dengan degradasi budaya yang mendatangkan budaya dari luar yang semakin menggerus budaya loka Indonesia. Sehingga mahasiswa semakin dan semakin tidak kritis pada Pemerintah. Bahkan banyak mahasiswa yang sekarang jika di tanyakan soal berita terbaru saja sudah berkata "haduh,,, politik nih bahasanya,, berat ah,, kayak aktivis aja". Padahal ini hanya berita terbaru yang sedang hangat di media massa, sudah banyak yang menghindar karena berpikir ini adalah politik. Pantas saja masyarakat masa kini yang tidak lagi menyadari akan peran dan keberadaan mahasiswa sebagai penyambung lidah masyarakat pada Pemerintah. Entah sampai kapan Pemerintah akan membungkam pola kirits Mahasiswa. Walaupun di alihkan dengan cara - cara yang lain. 

MAHASISWA,,, kata - kata yang menunjukan betapa tinggi dan besarnya harapan bangsa Indonesia pada pelajar - pelajar di tingkat paling tinggi. Ada baiknya mulai sekarang bagi kita mahasiswa yang menyadari kondisi seperti, mengembalikan kembali fungsi mahasiswa yang sesungguhnya. Jangan terjebak pada kondisi globalisasi. Segala tuntutan memang selalu datang, namun jangan juga terlena dan menyerah dengan tuntutan - tuntutan tersebut. Karena Mahasiswa dan pemuda yang akan merubah Indonesia menjadi lebih baik. 

Salam