Flow

Selasa, 10 Januari 2012

Penguatan Internal Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI) Dalam Era Demokrasi

IKATAN  MAHASISWA  ILMU  KOMUNIKASI  INDONESIA  (IMIKI)



Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI) merupakan sebuah organisasi semi profesional yang dibentuk oleh mahasiswa ilmu komunikasi dengan skala nasional. Tujuan dari dibentuknya organisasi ini adalah untuk mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu komunikasi langsung kepada praktek - praktek komunikasi serta sebagai ajang silaturahmi kepada mahasiswa ilmu komunikasi seluruh Indonesia untuk bertemu dan berkumpul, saling bertukar informasi dan pengetahuan mengenai perkembangan ilmu komunikasi kekinian.


Sebuah organisasi baik dalam skala kecil maupun besar tidak pernah lepas dari dinamika organisasi yang ada. Hal ini pun selalu terjadi pula dalam tubuh organisasi bernama IMIKI. Pada bulan Desember yang lalu, tepatnya pada tanggal 24 Desember 2011 bertempat di Tana Toraja, dilaksanakan Diskusi Nasional IMIKI yang bertemakan "Penguatan Internal IMIKI Dalam Era Demokrasi".Tema diskusi nasional tersebut di anggap perlu, melihat kondisi internal IMIKI yang mulai tidak berjalan sesuai dengan fungsinya. Masalah yang kerap kali di temui adalah kurangnya intensitas para pengurus dalam hal berkomunikasi serta banyak hal yang tidak dikoordinasikan secara baik, sehingga memicu beberapa konflik yang dapat menganggu stabilitas internal IMIKI saat ini. 


IMIKI terdiri dari 5 wilayah administratif yang tersebar di seluruh Indonesia. Wilayah tersebut terdiri dari :
1. Wilayah 1 mencakup Pulau Sumatera
2. Wilayah 2 mencakup Banten, Jakarta, Jawa Barat
3. Wilayah 3 mencakup Jawa Tengah, DIY, dan Kalimantan
4. Wilayah 4 mencakup Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT
5. Wilayah 5 mencakup Sulawesi, Maluku dan Papua
Keanggotaan IMIKI yaitu seluruh mahasiswa ilmu komunikasi dan seluruh perguruan tinggi yang memiliki jurusan ilmu komunikasi yang tersebar diseluruh Indonesia. Keanggotaan aktif IMIKI yaitu para pengurus organisasi di IMIKI baik di tingkat Pengurus Pusat (PP), Pengurus Wilayah (PW), Pengurus Cabang (PC) dan Pengurus Perguruan Tinggi (PPT). 

Dalam era demokrasi saat ini dimana semua orang bebas berpendapat, sangat berdampak pada keberlangsungan sebuah organisasi terutama di bagian internal organisasi tersebut. Sehingga sering kali ada banyak hal yang tidak diperhatikan mengenai permasalah tersebut terlebih jika kondisi tersebut berdampak pada kurangnya koordinasi yang menyebabkan terganggunya stabilitas lembaga tersebut. Beberapa wacana yang sempat dilontarkan oleh para peserta pada saat diskusi tersebut adalah mengenai pengelolaan media yang tidak terkelola dengan baik. Seperti yang dilontarkan oleh seorang peserta diskusi yaitu saudara Taro dari Universitas Hassanudin mengatakan bahwa tidak maksimalnya fungsi pengurus di tiap - tiap bagian. Selain itu, pengelolaan media yang tidak tertata dengan baik menyebabkan banyak anggota IMIKI yang tidak mendapatkan berita terbaru mengenai perkembangan yang terjadi di IMIKI. Inilah hal yang dapat memicu miss koordinasi antar sesama pengurus. 


IMIKI sendiri sebenarnya memiliki banyak media yang dapat dikelola dengan baik sehingga tidak menutup kemungkinan media - media tersebut dapat menjadi ruang kreatifitas anggota IMIKI dalam menuangkan kreatifitas mereka serta wadah sosialisasi mengenai kegiatan - kegiatan yang berlangsung di IMIKI saat ini. Wacana untuk pembuatan buletin yang sudah bergulir mulai dari kepengurusan IMIKI periode sebelumnya sampai dengan saat ini masih belum dapat di realisasikan. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai aktifitas IMIKI di bidang ilmu komunikasi itu sendiri. Ide pembuatan buletin tersebut kedepanya dapat menjalin simbiosis mutualisme antara IMIKI dengan HMJ di tiap universitas. Sehingga penguatan internal IMIKI sendiri semakin terjalin dengan baik dan bukan lagi sekedar bertemu pada ceremonial tertentu saja. Dengan dibentuknya buletin tersebut dapat juga menggairahkan minat dan potensi tiap individu para anggota serta menumbuh kembangkan potensi - potensi mereka yang nantinya akan berpengaruh pada proses regenerasi di tubuh IMIKI itu sendiri menurut salah seorang peserta diskusi Fadhly dari Universitas Hassanudin.  


Ada pula pertanyaan lain yang keluar dari peserta mengenai mekanisme pemilihan PW, PC dan PPT yang kebanyakan tidak diberikan pengarahan dan pengertian kepada para anggota yang baru sehingga hal tersebut cukup membingungkan para anggota baru tersebut. Beberapa pernyataan lain yang di pertanyakan pada diskusi tersebut adalah bagaimana kebijakan dari PP mengenai hal - hal yan terjadi di luar koordinasi para pengurus sehingga menyebabkan IMIKI ditunggangi oleh kepentingan  pihak lain. Dalam hal ini, PP diminta untuk mengeluarkan instruksi yang tegas dan kuat untuk mekanisme kontrol di tubuh IMIKI sehingga meminimalisir terjadinya hal - hal ilegal yang mengatasnamakan IMIKI. 

Hal yang perlu di perhatikan juga adalah hubungan antara IMIKI dan HMJ agar tercipta simbiosis mutualisme terhadap kedua belah pihak yang belum maksimal sampai saat ini. Kedepannya IMIKI perlu bersinergi dengan HMJ baik dalam hal kegiatan - kegiatan maupun kebijakan yang ditempuh oleh IMIKI. Menurut Ketua Wilayah 2 IMIKI saudari Fiola Ariyani, langkah tersebut memang perlu dimaksimalkan bukan hanya untuk saling mendukung dan bersinergi, tetapi lebih kepada keberlangsungan regenerasi IMIKI yang seringkali tidak menjadi perhatian bagi banyak pihak. Regenerasi yang tidak berlangsung secara optimal mengakibatkan pula stabilitas internal yang terhambat dikarenakan kurang SDM yang berperan aktif. 

Wacana yang menarik untuk diperhatikan adalah wacana yang dilontarkan seorang peserta saudari Ayu dari Universitas Hassanudin mengenai penghapusan PW dan PC. Menurut Ayu, penghapusan PW dan PC dimaksudkan agar koordinasi yang berlangsung di IMIKI tidak lagi melalui banyak tahap yang terkadang memiliki banyak sekali perbedaan dalam cara pandang berorganisasi serta menciptakan koordinasi yang tidak maksimal. Wacana tersebut menjadi perhatian serius bagi seluruh pengurus yang hadir, terutama bagi Ketua Umum IMIKI 2011 - 2012, saudara Irwan Idris. Pertimbangan yang matang mengenai wacana tersebut dan kebijakan yang dihasilkan dipastikan akan sangat berdampak pada keberlangsungan IMIKI di masa yang akan datang. 

Wacana lain mengenai pengelolaan jejaring sosial agar lebih tertib yang dimiliki IMIKI serta sosialisasi sebuah kegiatan yang berlangsung. Kurangnya informasi dan sosialisasi mengenai sebuah kegiatan sehingga mengakibatkan dampak pada jumlah peserta yang sedikit, terlebih jika kegiatan tersebut berskala nasional. Kesimpulan dari diskusi nasional tersebut adalah penguatan internal IMIKI merupakan tugas besar bagi seluruh anggota IMIKI. Bukan hanya para pengurusnya, tetapi juga setiap element yang tergabung dalam IMIKI. Selain itu, banyaknya miss koordinasi antar sesama pengurus di tiap bagian menyebabkan fungsi bagian - bagian tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sinergitas antara IMIKI dan HMJ yang menumbuhkan rasa simbiosis mutualisme antara 2 lembaga merupakan hal yang paling berpengaruh pada kekuatan internal terutama dalam hal regenerasi yang mampu berjalan secara optimal. Perlunya pengelolaan media secara aktif yang dimiliki oleh IMIKI baik itu web, jejaring sosial maupun milis sangat baik jika di perhatikan mengingat media -  media tersebut merupakan ruang kreatifitas serta informasi bagi seluruh anggota IMIKI di seluruh Indonesia. Dengan mencermati wacana - wacana yang terbentuk di atas di harapkan kedepannya penguatan internal IMIKI pada era demokrasi saat ini mampu mendukung keberlangsungan IMIKI khususnya untuk nama besar organisasi di bidang ilmu komunikasi se-Indonesia ini kedepannya. 




Fiola Ariyani
Ketua Wilayah II IMIKI 
Universitas Budi Luhur

Minggu, 08 Januari 2012

Wisata Kuliner on Explore South Sulawesi Dec 2011

Tulisan kali ini mengulas perjalanan dan pengalaman saya selama di Makassar dalam menikmati kuliner khas dari kota tersebut. Sekedar berbagi cerita, saya bukan orang yang sangat menyukai daging, tapi begitu sampai di Makassar, saya jatuh cinta pada masakannya. Yang saya suka dari masakan khas Makassar ini adalah rasa rempah - rempahnya yang sangat kuat, dalam masakan sangat berani dengan bumbu, rata - rata makanannya di sajikan dalam keadaan panas dan berkuah sehingga cocok bila disandingkan dengan sepiring nasi hangat dan sambal. Nikmaaaaat sekali. Masih banyak makanan yang belum saya cicipi dari kota ini seperti Sop Konro, Konro Bakar, Kapurung, Pallu Kaloa, Pallu Mara dan lain - lain. Untuk pengalaman pertama saya ke Makassar kali ini, ada beberapa kuliner yang saya cicipi seperti Coto Makassar, Pallu Basa, Sop Sodara, Es Pallu Butung, Pisang Epe (berkali - kali makan Pisang Epe sampai bosan), Mie Titie, Nasi Kuning yang selalu jadi sarapan pagi, Songkolo, dan masakan buatan teman saya sendiri yaitu Andi Siti Meriem (biasa di panggil Etho) yang memasak Barobo di hari terakhir kepulangan saya dan teman - teman. Let see perjalanan wisata kuliner saya yah,,,,
BAROBO. Masakan ini adalah buatan teman saya, Andi Siti Meriem a.k.a Etho. Barobo adalah bubur khas Makassar yang terdiri dari nasi, wortel, jagung, kol, bumbu penyedap dan di masak dengan santan. Rasanya nikmat sekali. Untuk makanan ini saya makan 2 piring. Di tambah lauk pauk Bakwan Jagung, Ayam Goreng dan Sambal.
COTO MAKASSAR. Saya yakin teman - teman tidak asing lagi dengan masakan yang 1 ini. Kuliner ini merupakan kuliner khas Makassar yang sangat terkenal. Terdiri dari potongan daging sapi dan kuahnya dimasak dengan rempah - rempah yang kaya. Selama di Makassar saya mencicipi 2 kali Coto Makassar yaitu Coto Paraikate di dekat Unhas dan Coto Makassar Daeng Liwang di Gowa. Pendapat saya, semuanya enak. Tapi di Paraikate ketupatnya jauh lebih besar dari pada di Daeng Liwang. Maaf untuk Coto Paraikate tidak saya dokumentasikan. Lupa saking nikmatnya makan. Hahahaha,,,,,,, 2 ketupat cukup lah,,,,
ES PALU BUTUNG. Saya mencicipi kuliner ini di "Warung 99" dekat Pantai Losari. Dilihat dari penampilan, memang Es Palu Butung hampir sama dengan Es Pisang Ijo. Yang membedakan adalah Es Palu Butung pisangnya tidak di lapisi dengan adonan hijau seperti Es Pisang Ijo. Makanan ini terdiri dari potongan pisang, Sirup DHT khas Makassar, susu kental manis dan es batu. Rasanya enak dan tidak terlalu manis (traktiran Irwan juga,, hahaha,,,)
MIE TITIE. Sudah pernah saya ulas di tulisan saya sebelumnya (Explore South Sulawesi Part Toraja). Yang ini saya cicipi di Dekat Universitas Hasanuddin. Isinya terdiri dari mie kering pendek, dengan kuahnya agak kental, sayuran, bumbu - bumbu dan daging ayam. Ini ukuran kecil tapi sudah bikin kenyang sekali. Kalau mau lebih pedas bisa di tambah dengan sambalnya yaitu acar cabe rawit kecil khas Makassar.
NASI KUNING. Tanpa saya tulis ini nasi kuning semua juga pasti sudah tahu yahhhhh. Di Makassar, nasi kuning menjadi sarapan pagi bagi masyarakatnya. Mungkin kalau di Jakarta seperti Nasi Uduk untuk sarapan. Isinya ada 1 potong ayam goreng, tempe orek dan mie goreng. di tambah dengan sambal yang pedas,,, nikmmmaaaat. Porsinya untuk sarapan pagi juga sangat pas dan sesuai.
PALLU BASA. Ini dia juaranya dari semua kuliner Makassar yang saya cicipi. Sebenarnya hampir sama dengan Coto Makassar. Hanya saja, menurut saya Pallu Basa rasa kuahnya lebih kaya dengan rempah - rempah. Isinya terdiri dari potongan daging sapi, irisan daun bawang, di tambah dengan 1 buah telur mentah yang langsung di celupkan ke dalam kuah yang panas, sepiring nasi hangat dan es teh manis. Untuk telurnya bisa di nikmati dengan 2 cara, bisa di makan langsung, karena telurnya sudah setengah matang ataupun dengan cara mengaduk telurnya agar bercampur dengan rasa kuah yang penuh rempah. Rasa gurih dari telur dan rempah - rempah yang menghangatkan badan terutama aroma jahe yang kuat bikin makanan ini nagih. Menurut saya, yang juara dari masakan ini adalah kuahnya. Menurut teman saya, ini adalah Pallu Basa terkenal di Makassar yaitu Pallu Basa Serigala. Nikmaaaattt. Someday saya ke Makassar kembali, pasti akan mencicipi Pallu Basa lagi. Karena porsi nasi sedikit, bisalah 2 piring untuk menikmati kuah yang lezat. Jangan lupa di tambah dengan jeruk nipis dan sambalnya juga. C'est tres bon, Bien Sur.
PISANG EPE. Saya dan teman - teman menikmati ini di Pantai Losari. Sambil menikmati udara malam Pantai Losari dan malam terakhir saya dan teman - teman di Makassar. Pisang ini di bakar kemudian di pipihkan dengan menggunakan alat untuk memipihkan pisang. Selanjutnya tinggal di tambahkan dengan bermacam - macam topping. Toppingnya terdiri dari keju cokelat, durian, cokelat, susu dan lain - lain. Yang ada di gambar ini, dilengkapi dengan topping Milo (sebelah kiri) dan Durian (sebelah kanan, pesanan saya). Yang paling jawara adalah Pisang Epe dengan topping Durian. Di Makassar masyarakatnya sangat menggemari berbagai macam olahan makanan menggunakan pisang. Kalau di Jakarta kita biasa makan roti panggang tapi di Makassar pisang bakar yang di pipihkan. Jadilah Pisang Epe.
SONGKOLO. Mungkin kuliner khas Makassar yang satu ini kurang terkenal bagi kita semua. Seporsi  masakan ini terbuat dari ketan hitam yang dicampur dengan serundeng kelapa yang rasanya manis, teri goreng yang rasanya agak manis juga (jujur, saya kurang suka rasa manisnya) dan bisa di tambah dengan 1 butir telor asin. Agar rasanya agak lebih pedas, cukup di tambah dengan sambal. Menurut saya, rasanya lumayan nikmat. Tapi karena rasa manis yang terlalu dominan, jadi tidak terlalu menggugah selera saya. Maklum, saya orang Minang, jadi lebih suka dengan makanan yang pedas untuk menggugah selera makan. Tapi ketan hitamnya bisa jadi asupan serat yang sangat baik untuk tubuh. Rekomendasi makanan yang baik bagi teman - teman yang sedang diet. Songkolo ini dinamanakan Songkolo Bagadang di warung tersebut. Bagadang artinya Begadang. Maka dari itu, kuliner ini buka sampai tengah malam. Saya pun mencicipi masakan ini sekitar pukul 02.00 dini hari waktu Makassar.
SOP SODARA. Kuliner yang satu ini juga cukup menarik untuk saya. Yang sangat menarik dari kuliner ini adalah namanya yaitu Sop Sodara. Pasti membuat persepsi kita bermacam - macam tentang makanan ini. Sebenarnya Sop Sodara hampir mirip dengan soto pada umumnya. Hanya saja, kuah dari Sop ini lebih terasa rempah - rempahnya (mungkin ini ciri khas masakan Makassar yang berani dengan bumbu dan rempah). Seporsi masakan ini terdiri dari potongan daging sapi, paru ataupun kikil, atau campuran dari kesemuanya, bihun, di tambah dengan irisan daun bawang, kuah yang segar dan tidak lupa di tambah dengan jeruk nipis dan sambal serta sepiring nasi hangat. Nikmat bukan main. Bagi saya, kuliner ini adalah juara ke 2 setelah Pallu Basa. Masakan ini disajikan dengan kuah yang benar - benar panas dan menyegarkan. Gambar di atas adalah Sop Sodara pesanan saya yang berisi daging sapi dan gambar Sop Sodara di bawahnya adalah pesanan Irwan yang berisi paru. Rasanya sama enaknya menurut saya.

Sekian liputan dan tulisan saya mengenai pengalaman wisata kuliner saya selama berada di Makassar. Sebenarnya saya juga mencicipi Es Pisang Ijo, Bakso Sentosa dan berbagai kuliner lainnya. Tapi biasa, namanya juga manusia yang sering lupa karena terlalu menikmati makanan, jadi hanya beberapa saja yang bisa saya tampilkan disini. Semoga bisa jadi inspirasi bagi teman - teman yang membaca dan bisa jadi rekomendasi bagi teman - teman yang akan berliburan ke Makassar. Sampai bertemu lagi pada liputan saya mengenai wisata kuliner saya selanjutnya.

Sabtu, 07 Januari 2012

Explore South Sulawesi Des 2012 (Part Makassar, Maros dan sekitarnya)

Kembali lagi pada cerita saya yang masih seputar Explore South Sulawesi pada Desember yang lalu,,,           Kalau kemarin saya bercerita panjang lebar mengenai keindahan dan eksotisme dari Tana Toraja. Sekarang saya ingin mengupas cerita seputar perjalanan saya selama di Makassar dan tempat - tempat lain disekitar Makassar seperti Maros dan Sombaopu. Kalau banyak yang mengatakan bahwa Makassar itu panas, kenyataannya tidak. Karena sekembalinya saya dan teman - teman dari Toraja, Makassar hampir diguyur hujan setiap hari.

Saya, Mba Cici, Irwan, Sigit, Aman dan Acho sempat melakukan perjalanan menuju Taman Nasional Bantimurung - Bulusarung di Kab. Maros, Sulawesi Selatan. Taman Nasional ini sangat terkenal karena menjadi tempat dair banyak kupu - kupu bahkan yang langka sekalipun. Sehingga seorang ilmuwan asing menjuluki kalau Taman Nasional Bantimurung ini adalah The Kingdom of Butterfly. Selain itu, di dalam Taman Nasional ini juga terdapat air terjun, kolam pemandian serta Gua Batu dan Gua Mimpi. Tidak lupa juga penangkaran kupu - kupu yang terkenal di tempat ini. Perjalanan menuju Taman Nasional Bantimurung ditempuh sekitar 1 jam perjalanan dari Makassar dengan memakai sepeda motor. Sepanjang perjalanan tidak lupa disuguhi dengan pemandangan alam yang indah, berjejer tebing - tebing batu, lembah dan juga hamparan sawah hijau dan sawah mulai menguning. Disini rumah - rumah penduduknya masih banyak yang berbentuk rumah panggung dan tradisional.

Begitu sampai di Taman Nasional Bantimurung langsung berucap Subhanallah. Tidak menunggu lama langsung masuk kedalam. Dengan membayar tiket masuk seharga Rp10.000 per orang, kita sudah dapat menikmati keindahan Taman Nasional Bantimurung - Bulusarung. Di depan pintu masuknya terdapat patung kupu - kupu besar yang menandakan bahwa disini terdapat penangkaran kupu - kupu. Setelah masuk kedalam, langsung terdengar gemuruh keras air terjun yang terdapat disini. Karena sedang musim hujan, jadi air terjun yang mengalir deras sekali dan warnanya juga sedikit keruh. Perjalanan saya dan teman - teman terus berlanjut masuk ke dalam Taman Nasional ini, dan sampai pada mulut Gua Batu. Dengan ditemani oleh seorang guide, maka saya dan teman - teman mulai perjalanan masuk ke dalam Gua Batu. Gua Batu ini terbentuk dari batuan karst yang unik. Stalaktit dan stalakmit di Gua ini masih terus tumbuh dan berkembang, walaupun untuk mencapai ukuran sekian cm membutuhkan waktu sekitar 60 thn dan jika ujungnya di pegang, maka akan memperlambat proses pertumbuhannya. Tanah licin dan udara lembab serta gelap tidak menghalangi semangat kami semua untuk masuk kedalam dan mengeskplore tempat tersebut. Sampai di mulut gua terdapat batu gendang. Menurut guide, orang yang dulu tinggal di tempat ini selalu membunyikan batu gendang sebagai pertanda bahwa mereka masuk ke dalam rumah. Selain itu terdapat pula tempat bertapa yang digunakan oleh Karaeng Bantimurung. Bertapa oleh masyarakat disebut "anggammala". Disini Karaeng bantimurung bertapa selama 40 hari 40 malam untuk mendapat kesaktian. Beliau merupakan manusia pertama yang menghuni alam Bantimurung. Selanjutnya terdapat pula tempat sholat Karaeng Bantimurung dan sumur yang menjadi tempat wudhu beliau. Selain itu ada juga batu - batu yang menyerupai kaki gajah, akar pohon dan bentuk - bentuk lain yang terjadi karena proses alami. 

Di dalam gua juga terdapat batu yang menyerupai monyet sedang duduk. Monyet ini diyakini sebagai monyet yang dulu tinggal di kawasan Taman Nasional ini. Monyet tersebut sebesar manusia dan di beri gelar "Toakala". Tempat Karaeng Bantimurung membersihkan diri sebelum melakukan pertapaan dinamakan sumur jodoh. Banyak masyarakat yang meyakini bahwa sumur ini dapat memudahkan setiap orang mendapatkan jodoh ketika mengunjunginya. Sehingga tidak sedikit orang yang mengunjungi tempat ini untuk dimudahkan dalam urusan jodoh. Goa Batu memiliki kedalaman sekitar 20 meter. Selain itu, ada pengalaman pribadi saya disini. Daeng yang memandu kami mengatakan bahwa menurut kepercayaan orang tua jaman dahulu, jika ada orang yang jatuh di dalam gua ini secara tidak sengaja, maka bagi yang masih sendiri dia akan segera mendapatkan jodoh, sedangkan yang sudah memiliki pasangan akan semakin langgeng dengan pasangannya. Sesaat setelah pemandu mengatakan demikian, saya pun jatuh karena terpeleset di dalam goa baru tersebut. Kompaklah teman - teman saya menggoda bahwa saya akan segera mendapatkan jodoh. Amien,, semoga saja mitos tersebut terealisasi. Hahaha,,,, jatuhnya sih tidak sakit, tapi malunya bukan main. Haduh. Satu hal yang sangat menyedihkan dan membuat saya cukup kesal adalah keindahan gua batu ini tidak di jaga oleh pengunjung yang datang ke tempat ini. Karena banyak sekali coreta di dinding - dinding batu yang terdapat di gua tersebut berisikan nama dan lain - lain. Sungguh perbuatan tidak terpuji, semoga teman - teman yang membaca tulisan saya ini tidak mengikuti perbuatan tersebut. Karena hal tersebut dapat merusak dan menganggu keindahan dari obyek wisata.

Setelah itu perjalanan berlanjut kembali ke Makassar, sebelum sampai saya dan teman - teman sempat singgaj untuk makan di rumah Sigit yang kebetulan rumahnya berada di Maros. Malam itu, dengan menyantap menu sederhana seperti bolu bakar dan telor ceplok, tapi nikmat sekali. Ditambah pemandangan disekitar rumahnya masih alami, di kelilingi oleh sawah dan rumahnya pun berbentuk rumah panggung (jadi ingat kampung halaman). Perjalanan ini kami lakukan pada Sabtu, 31 Desember 2011, bertepatan pada malam tahun baru. Sungguh pengalaman luar biasa. Karena sampai di Makassar sekitar jam 11 malam, maka kamu memutuskan untuk menghabiskan tahun baru sambil bercengkrama bersama di Universitas Hasanuddin saja. Sekaligus menikmati sepinya malam tahun baru. Semoga suatu saat nanti saya bisa kembali mengunjungi Sulawesi Selatan dan menikmati keindahannya. Sebenarnya saya juga ke Akkarena namun tidak lama karena hujan dan pasti ke Pantai Losari. Sayangnya lupa berfoto disana karena terlalu ramai.

Berharap semoga suatu saat nanti saya dapat kembali menjelajah Sulawesi Selatan. banyak daerah yang belum di kunjungi seperti Malino, Bulukumba, Sopeng, Bone dan lain - lain. Pengalaman manis tak terlupakan, melihat keindahan Indonesia lebih dekat. Terima kasih ya Allah atas karunia dan anugerah alam Indonesia yang indah ini, yang kau berikan aku kesempatan untuk menikmatinya. I Love Indonesia :-)
Air Terjun yang terdapat di Taman Nasional Bantimurung - Bulusarung. Karena sedang musim hujan, aliran air di air terjun ini cukup deras dan berwarna keruh. Tapi biarpun begitu, Air Terjun ini sangat menarik perhatian pengunjung.
Papan Pemberitahuan Mengenai Gua Mimpi yang memiliki legenda mengenai Karaeng Bantimurung dan terdiri dari batuan Karst yang unik. Staklatit yang berada di Gua ini sungguh menakjubkan.
Dari kiri ke kana : Mba Cici, Irwan, Aman, Saya dan Sigit. Kami semua siap menjelajah Gua Batu di Taman Nasional Bantimurung - Bulusarung.
Inilah dia Stalaktit yang terdapat di dalam Gua Batu, Taman Nasional Bantimurung.
Ini dia tempat yang di gunakan oleh Karaeng Bantimurung untuk bertapa selama 40 hari 40 malam untuk menambah kesaktiannya.
Menyempatkan diri untuk mencuci muka dan merasakan segarnya air di "Sumur Jodoh" tempat yang dulu digunakan oleh Karaeng Bantimurung untuk mensucikan dirinya sebelum melakukan pertapaan atau beribadah.
Tempat sholat yang digunakan oleh Karaeng Bantimurung selama berada di dalam Gua Batu.
Inilah dia yang sangat disayangkan. Banyak sekali pengunjung yang mencoret - coretkan namanya di dinding batu di dalam Gua ini. Kreatif sih boleh. Tapi bukan berarti jadi merusak alam yang ada juga kan. Semoga teman - teman yang membaca tulisan saya ini tidak mengikuti perbuatan tersebut yah.
Batu yang bentuknya menyerupai monyet yang sedang duduk. Menurut masyarakat sekitar ukurannya sebesar manusia dan di beri nama "Toakala"
Stalaktit yang ada di dalam Gua Batu tidak hanya tumbuh dari atas, namun juga tumbuh dari dalam tanah. Butuh waktu berpuluh tahun agar stalaktit tersebut mencapai ukuran tertentu dan jika sudah besar, maka stalaktit yang tumbuh dari bawah dan atas akan bertemu dan menjadi satu batu yang utuh dan besar.
Sesaat setelah jatuh di dalam gua dan langsung membersihkan diri. Jatuhnya sih gak seberapa, tapi malunya bukan main. Jatuh yang tepat setelah mitos tersebut di katakan. Tinggal menunggu apakah mitos tersebut terealisasi atau tidak.
Akkarena. Menurut saya hampir sama seperti Ancol. Terletak di Tanjung Bunga dekat dari Pantai Losari. Paling indah melihat Sunset dari tempat ini. Dengan nuansa romantis dan mendung - mendung sore hari, tepat sekali untuk pasangan kekasih berkunjung ke tempat ini.

Taman Nasional Bantimurung - Bulusarung, Kab. Maros. Sulawesi Selatan. Sabtu, 31 Desember 2011
Pemandangan yang terlihat dari depan pintu masuk Taman Nasional Bantimurung - Bulusarung. Suasananya masih alami dan masih dipenuhi dengan pohon - pohon yang lebat dan hijau di selingi dengan gerimis hujan membasahi.

Jumat, 06 Januari 2012

Explore South Sulawesi Des 2012 (Part Toraja 23 - 27 Dec 2011)

Sudah lama tidak memblogging sebuah tulisan,,,,
Saat ini saya ingin berbagi cerita mengenai pengalaman baru saya menjelajah ujung Pulau Sulawesi Desember lalu,,,, let see my story :)


 Makassar,,, ibu kota dari Sulawesi Selatan, walaupun kalau di three letter code tiket pesawat lebih di kenal dengan Ujung Pandang. Pertama kali saya menginjakan kaki di tanah Sulawesi dan langsung di sambut dengan hujan besar yang mengguyur seharian. Perjalanan dimulai dari Jakarta, 21 Desember 2011 dengan menaiki Bus menuju Surabaya. Keesokan hari melanjutkan lagi perjalanan dari Surabaya menuju Makassar, 23 Desember 2011 dengan penerbangan pagi. Walaupun masih mengantuk karena jam 6 pagi paling telat sudah harus sampai Bandar Udara Juanda, tapi semangat untuk menuju Makassar. Sampai di Makassar, langsung di jemput Lucky, Devy, Lily dan Indah, walaupun menunggu agak lama. Karena pagi hari perut lapar,, jadi langsung mencoba kuliner unik dari kota ini. Kemudian saya pun mencoba yang namanya Mie Titie yang ada di dekat Unhas. Awalnya sih agak bingung dan aneh liat penampilan Mie Titie. Tapi setelah dicoba, ternyata rasanya enak juga, mungkin karena efek perut yang lapar juga sih.

Ini dia yang namanya Mie Titie. Jadi isinya adalah Mie kering yang pendek - pendek, dengan kuah seperti Ifu Mie. Ada campuran daging ayam dan sayurannya. Di tambah sambal atau acar cabe rawit kecil khas Makassar. Nikmmmmaaaatt :)

Setelah itu, seharian di Unhas dan hanya melihat pemandangan hujan yang turun saja. Malamnya saya kembali bersantap Coto Makassar di Paraikate dekat Unhas. Pertama kali seumur hidup ini merasakan yang namanya Coto Makassar. Ternyata rasanya enak. Sayang lupa di foto saking lahapnya makan. Sekitar jam 11 malam waktu Makassar, saya dan teman - teman melanjutkan perjalanan menuju Tana Toraja. Dengan menggunakan 3 bus, kami semua berangkat menuju Toraja selama 8 jam perjalanan. Sampai di Toraja pagi hari dan langsung menuju penginapan. Setelah istirahat, maka di mulailah kegiatan pertama disana yaitu Diskusi Nasional IMIKI mengenai Penguatan Internal IMIKI. Acara berlangsung sampai malam hari dan memang bertepatan sekali kegiatan IMIKI ini bersamaan dengan malam Natal di Toraja. Selesai kegiatan, kami semua berkumpul di Bundaran Lakipadada di depan DPRD Toraja untuk menyaksikan pesta kembang api di Malam Natal. Biarpun saya tidak merayakan Natal, tapi melihat suasanan Natal yang semarak disana, sungguh suatu pengalaman baru dan menyenangkan. Satu hal yang perlu di tiru dan di teladani dari masyarakat Toraja. Walaupun agama Nasrani menjadi yang mayoritas disana, tapi mereka tetap mengedepankan toleransi beragama. Pada malam Natal, seluruh Gereja ramai untuk menyanyikan senandung pujian pada Kristus, tapi begitu adzan Maghrib berkumandang, suasana Misa Natal menjadi hening sejenak dan lanjut kembali setelah adzan selesai berkumandang. Terulang pula pada adzan Isya. Sungguh suatu teladan yang perlu di teladani terutama bagi kita yang tinggal di kota - kota besar.
Pemerintah kota Toraja memang mencanangkan Lovely December. Dimana kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan jumlah wisatawan terutama asing untuk datang ke Toraja. Inilah suasana Malam Natal penuh dengan hujan kembang api di bundara kolam Lakipadada. Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI), Tana Toraja. Sabtu, 24 Desember 2011.

Keesokan harinya, perjalanan saya pun berlanjut menuju Londa. Londa adalah areal kuburan batu milik keluarga yang kini sudah di buka menjadi tempat wisata agar pengunjung dapat melihat secara langsung seperti apa tradisi pemakaman yang berlangsung di Toraja yang sudah di kenal keunikannya di dunia. Masyarakat Toraja benar - benar berusaha menyempurnakan kematian. Karena dengan menyempurnakan kematian orang - orang yang mereka sayangi, maka sekaligus mereka juga berbagi kepada masyarakat sekitar. Masyarakat Toraja biasa menyimpan jenazah keluarga mereka di dalam rumah Tongkonan sebelum di kuburkan di tebing - tebing batu. Setelah mereka punya cukup uang, maka kewajiban keluarga yang masih hidup lah untuk mengadakan pesta kematian keluarga mereka yang telah tiada. Tidak lupa pula untuk memotong sejumlah Tedong Bonga  (Kerbau khas Toraja) dan juga babi yang nantinya akan di jadikan persembahan dalam pesta kematian tersebut. Menurut masyarakat Toraja, semakin tinggi kasta orang yang akan mengadakan pesta kematian tersebut, maka semakin banyak pula Tedong dan babi yang akan di persembahkan dan semakin menelan biaya yang besar pula. Selain itu, semakin dia bangsawan, maka jenazah tersebut akan di tempatkan di tebing yang paling atas pula. Penjelasan ini juga saya dapat dari seorang ibu yang kebetulan suaminya di makamkan di tebing yang paling atas (artinya dia bangsawan).

Replika boneka para jenazah yang di makamkan di Londa. Mereka ini adalah satu keluarga dan mereka juga keturunan bangsawan Toraja.

Di samping saya ini adalah tengkorak dari sepasang kekasih yang cintanya tidak direstui karena masih ada hubungan sepupu dekat. Akhirnya mereka nekat mengakhiri hidupnya dengan jalan bunuh diri. Dan jenazah mereka di letakkan berdekatan (suasana di dalam gua, semua tengkorak dan udara lembab, narsis sedikit lah pajang foto sendiri )

Perjalanan saya dan teman - teman berlanjut menuju Ketekesu. Sebenarnya Ketekesu dan Londa tidak jauh berbeda. Sama areal pemakaman untuk orang  Toraja. Tapi di Ketekesu ini terdapat rumah - rumah Tongkonan yang dipercaya sebagai rumah Tongkonan pertama yang ada di Toraja ini. Dilihat dari rumahnya juga tampak sudah tua dan atapnya sudah dipenuhi dengan semak - semak. Menurut informasi yang saya dapatkan dari teman - teman saya yang asli Toraja, rumah Tongkonan ini mengambil bentuk dari perahu. Mereka meyakini bahwa dulunya Toraja ini berupa laut dan nenek moyang mereka yang datang pertama ke tempat ini tinggal di atas perahu. Maka dari itu, bentuk dari rumah Tongkonan mengambil bentuk perahu. Ketekesu juga terdapat peti - peti usang yang berisi tengkorak dari jenazah yang sudah lama di letakkan disana. Kalau bisa di bilang sebenarnya cukup menyeramkan juga naik ke atas bukit tapi di sebelah kiri terdapat tengkorak manusia yang berserakan, tapi itu juga satu hal yang menarik menurut saya. Karena memang datang ke Toraja seperti wisata ziarah dan adat budaya.

Perjalanan selanjutnya adalah menjelajah di Batutumonga. Tempat ini adalah daerah dataran tinggi di Toraja. Begitu sampai di puncak, maka kita dapat melihat pemandangan sekitar kota Rantepao. Jalan menuju puncak Batutumonga melewati areal persawahan dan terdapat batu - batu besar di sekitar areal persawahan tersebut. Namun batu - batu itu bukan hanya menjadi objek keindahan di sana, melainkan di manfaatkan pula sebagai warga sekitar sebagai tempat penguburan jenazah keluarga mereka. Batu  tersebut di lubangi tengahnya dan di masukan lah jenazah keluarga mereka. Batutumonga sendiri menurut warga sekitar artinya batu - batu besar yang datang dari langit. Ukuran batunya memang luar biasa besar. Perjalanan menuju Batutumonga saya lewati dengan berkendara motor bersama teman - teman. Komentar saya hanya 1, this is the real travelling that i had dreaming. Sampai di puncak, saya, Irwan, Mba Cici, Bang Taro, Bang Opan, Bang Aslam, Mubin, Ipang dan yang lainnya langsung menikmati secangkir kopi toraja hangat sambil melihat pemandangan dari atas seperti berada di Negeri di Atas Awan. Begitu sampai puncak saya berucap, Subhanallah,, Alhamdulilah Ya Allah. Terima kasih atas alam Indonesia yang begitu indah yang telah di berikan pada bumi ini dan saya di beri kesempatan untuk menikmatinya. Sekilas melihat tulisan nama Allah tertoreh di awan. wuah,,, sungguh bersyukur saya. Setelah puas, kembali turun kebawah dengan suasana yang sudah gelap dan jalan licin sehabis hujan dan berkelok - kelok. Tapi inilah pengalaman tak terlupakan menurut saya.

Kubur Batu di Londa, Tana Toraja. Terletak di sebuah tebing batu. Perjalanan menuju Londa seperti masuk kedalam lembah hijau di tengah hutan. Disekitarnya terdapat peti - peti jenazah. Bahkan ada peti berisi jenazah yang baru beberapa hari sebelum kedatangan kami di masukan kedalam Londa.

KETEKESU. Disini terdapat rumah - rumah Tongkonan yang sudah lama tidak terpakai dan sudah tua. Menurut masyarakat sekitar, Tongkonan yang ada disini adalah rumah pertama yang dibangun di Tana Toraja.
Peti jenazah tua yang tertata rapi di areal pemakaman Ketekesu. Peti jaman dahulu terbuat dari kayu dan bentuk tutupnya seperti atap rumah Tongkonan.
Ini adalah tengkorak manusia yang dimakamkan di Ketekesu. Tengkorak tersebut diletakan disekitar areal pemakaman dan dibiarkan begitu saja. Suasana mistis dan menyeramkan sebenarnya terasa di sekitar Ketekesu tapi tetap terbayar dengan pemandangan indah dan eksotisme Toraja. Pada masa dulu sebelum Toraja ramai di kunjungi wisatawan, tengkorak tersebut berserakan begitu saja dan terkadang banyak wisatawan yang mengambil tulang - tulang tengkorak tersebut untuk koleksi. Bagi anggota keluarga yang merindukan keluarganya juga biasanya mereka menyalakan rokok atau meletakan minuman di dekat tengkorak - tengkorak tersebut.
Tanduk Tedong yang diletakan di depan rumah menandakan status sosial dari pemilik rumah tersebut. Semakin banyak tanduk Tedong yang ditempatkan si tuan rumah, maka semakin tinggi status keluarga di rumah tersebut.
KETEKESU. Terlihat rumah - rumah Tongkonan dilatarbelakangi dengan pegunungan dan hijaunya rerumputan. Sungguh anugerah dan keindahan alam ciptaaan Tuhan YME terhadap Indonesia terceinta. Eksotisme Tana Toraja. Penduduk disini sangat ramah terhadap para pengunjung. Selain itu, berbelanja oleh - oleh disini surga menurut saya, karena harganya yang murah dan kualitas yang bagus.
Masyarakat yang berkumpul di tengah lapang untuk melihat adu Tedong yang biasa dilakukan sebelum upacara Rambu Solo berlangsung. Kegiatan ini sangat menarik perhatian masyarakat sekitar.
Wonderful view from Batutumonga. Dari atas Batutumonga kita dapat melihat perbukitan yang tertutup awan tebal (sudah mendung hujan). Pemandangan yang terlihat dari atas Batutumonga yaitu sekitar Rantepao. Begitu sampai puncak, terasa seperti berada di Negeri Di Atas Awan. Hawa yang dingin dan perjalanan yang berliku - liku penuh perjuangan. Wonderful Toraja. Wonderful Indonesia.
Beautiful Panorama. Begitu sampai di atas Batutumonga langsung disuguhi pemandangan yang indah. Cukup terbayar juga rasa letih setelah menempuh perjalanan mendaki, berliku - liku melalui jalanan yang rusak dan tertutup kabut. Menurut saya This is the real Travelling. Nice place. Setelah puas melihat pemandangan siap untuk meminum secangkir hangat Kopi Toraja. Heeeeemmmm,, nikmatnya :-)             
Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI)  at Ketekesu, Tana Toraja. Minggu, 25 Desember 2011
Toraja in Pink. Usaha Pemerintah Tana Toraja untuk menggiatkan gairah dan minat wisatawan berkunjung ke Tana Toraja. Namun sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan pembangunan infrastruktur dan perbaikan jalan yang memadai. Semoga saja kedepan akan ada perbaikan dari Pemerintah demi mendukung Visit Toraja dan Lovely December selanjutnya.

Selanjutnya ada cerita mengenai penjelajahan saya dan teman - teman menikmati eksotisme Bantimurung kab. Maros, Sulawesi Selatan. Dan tidak lupa berwisata kuliner. Tunggu ceritanya besok.


Selamat Menikmati cerita saya.