Flow

Sabtu, 14 Mei 2011

Kisah Untaian Tasbih si Burung Bangau

Pagi yang cerah,, saat matahari mulai terbit di ufuk timur,,, dan bercahaya dengan lembutnya di pagi ini,,
Bunga - bunga mulai bermekaran menghadap Sang Surya,,, seakan mereka berebut perhatian para kumbang dan lebah agar madu mereka bisa di hisap dan bermanfaat bagi banyak orang,,,
Dan tentu saja, kokok si ayam jago terdengar nyaring membangunkan semua makhluk hidup yang masih larut dalam mimpi indahnya hari ini,,,,

Hal itu dirasakan oleh semua makhluk hidup,, tidak terkecuali si Burung Bangau,,,
Burung Bangau terbangun dengan mata yag sembab oleh derasnya air mata yang bercucuran semalam,,,
Entah kenapa beberapa hari ini, si Bangau putih nan cantik yang biasanya terbangun dengan wajah penuh keceriaan dan senyuman,, mendadak menjadi murung dan sedih,,
Lalu bertanyalah si Jalak kepadanya "Hay Bangau,, kau putih dan cantik,, biasanya kau terbangun dengan senyum hangat dan ceria,,, mengapa akhir - akhir ini justru wajar murung dan sedih yang hadir di wajahmu? Ada apa gerangan denganmu Bangau?"

Dan kemudian si Bangau pun berkata "entahlah Jalak, hati ku terasa kacau,, seperti tercampur aduk, aku tidak berhenti menangis sepanjang malam akhir - akhir ini, rasanya aku merasakan sedih yang teramat dalam."
"Kalau boleh aku tau, apa yang membuatmu merasa sedemikian sedihnya Bangau?" kata Jalak.
"Aku merasa ada sisi kosong dalam diri ku,,, aku merasa ada yang hilang dan kurang,, tapi aku tidak tau apa sisi yang kosong itu."
"Aku heran dengan mu Bangau,,, mengapa bisa kamu tiba - tiba merasakan ada sisi kosong di dalam dirimu? padahal tidak ada alasan untuk dirimu merasakan kekurangan, kau sudah mendapatkan segalanya dalam dirimu lebih dari cukup,, mengapa bisa kau tiba - tiba merasakan kekosongan yang begitu dalam di dirimu?" seru Jalak

Lalu Bangau pun merenungkan sejenak apa yang di katakan Jalak.
Bangau tahu, bahwa masih ada yang kosong di dalam dirinya, namun jika dia merenungi apa kata Jalak, hidupnya sudah sempurna, dia cantik dan menawan, cerdas dan disukai oleh banyak kawan - kawannya, namun Bangau tetap memikirkan apa yang kosong dalam hidupnya.

Pada suatu hari, Bangau berjalan - jalan sendiri di taman yang luas dan hijau, kemudian dia berhenti dan duduk di tepi danau untuk melihat di sekelilingnya.
Dia melihat ada sepasang kelinci yang meloncat bersama, ada sepasang merpati yang bertengger di atas ranting pohon sambil berceloteh mesra, lalu ada sepasang rusa berjalan bergandengan di sepanjang tepian danau.

Sementara Bangau hanya duduk sendiri di tepi danau tanpa ada yang menemaninya.
Lalu Bangau bertanya di dalam hatinya pada Tuhan, "Ya Tuhan, betapa bahagianya mereka, mereka saling mengisi dalam hidupnya, namun aku, hanya duduk sendiri disini dan menatapi permukaan danau dingin yang tak berubah hangat padaku,apakah ini pertanda dari segala kehampaan diriku?"

Lalu di malam harinya, Bangau pun mulai berdoa pada Tuhan, mengadukan keluh kesah hatinya.
"Ya Tuhan, telah lama tak ku untai ribuan tasbih ini kepadaMu, mungkin aku tidak menyadari kekosongan hati  ku selama ini, namun ternyata Kau sadarkan aku dengan caraMu, terima kasih banyak Ya Tuhan."
"Tuhan, kalau aku boleh meminta kepadaMu, ijinkan aku mengisi sisi kosong yang ada dalam diriku ini, agar tidak kurasakan lagi kehampaan dalam diri. Ijinkan aku seperti sepasang  kelinci yang melompat bersama penuh kasih dan sayang, seperti sepasang merpati yang bertengger sambil berceloteh mesra dengan kekasihnya, dan seperti sepasang rusa yang bergandengan tangan menyusuri tepian danau, aku ingin merasakan hal yang sama seperti mereka Ya Tuhan, ku untai tasbih ku padaMu di malam ini, sebagai tanda berserah diri ku padaMu."

Bermalam - malam Bangau terus saja menguntai tasbihnya butir demi butir.
Sampai pada suatu ketika, si Bangau bertemu dengan Merah Hijau. Bangau kagum sekali melihat Merak Hijau, walaupun dia tahu, terkadang si Merak selalu menebarkan pesonanya untuk memikat burung lain. Namun pada saat itu si Bangau hanya mengatakan, aku kagum padamu Merak.
Seiring berjalannya waktu dan mereka sering bertemu, si Bangau tetap menguntai tasbihnya malam demi malam. Hal ini membuat Merak Hijau tertarik kepada Bangau. Merak mulai mencari cara untuk mendekati si Bangau. Sampai pada akhirnya Merak pun berkata "Bangau, kau cantik dan lembut, seiring berjalannya waktu, aku mulai mencintaimu, maukah kau menjadi pasanganku untuk hari ini, esok dan di masa yang akan datang?"

Bangau terkejut bukan kepalang, karena baginya, saat itu dia hanya mengagumi si Merak, tidak lebih.
Namun ada suara di hati kecil Bangau yang mengatakan, "jangan katakan tidak Bangau, tapi katakan, iya, aku mau." Dan akhirnya Bangau pun menuruti kata hatinya, dan bersedia mendampingi si Merak Hijau.
Suatu ketika, Merak datang kepada Bangau lalu mulai memeluk Bangau dengan eratnya. Bangau bingung apa yang terjadi pada Merak kekasihnya. Dia hanya bisa terdiam dan tidak berkata apa - apa.
Lalu setelah Merak mulai tenang, Bangau memberanikan diri untuk bertanya.
"Merak kekasihku, apa yang terjadi padamu? Mengapa kau peluk aku dengan begitu erat sambil meneteskan air mata mu? Apa ada yang salah?" Tanya Bangau
Merak pun berkata "Kasih ku Bangau, tidak ada yang salah, hanya saja aku merasa tidak berarti saat ini, untuk diriku sendiri dan untukmu, aku merasa tidak berdaya dan rapuh terhadap semua keadaan."

"Merak, mengapa kau hina dirimu serendah itu?"
"Entahlah Bangau, aku hanya takut akan kehilangan dirimu yang begitu berarti untukku, kamu tahu banyak kekurangan yang kumiliki, oleh karena itu, aku takut kamu akan meninggalkan ku karena segala kelemahan dan kekurangan ku."
"Merak ku, sama sekali tidak ada rasa ingin meninggalkan mu pernah terlintas di benak ku, aku mencintaimu dengan sangat ikhlas, aku tahu ekormu tak seindah burung Merak lainnya, tapi bagiku, kau tetap yang terindah."

"Merak, aku mencintaimu karena ribuan tasbih yang telah kuuntai kepada Tuhan siang dan malam, maka pada akhirnya kita dapat bertemu di taman cantik dan indah di depan hamparan danau yang berkaca."
"Hati ku ikhlas menerima dirimu, walau bagaimanapun keadaan mu, kekurangan mu,, bagiku kau tetap yang paling baik dan tampan di atara Merak Hijau yang lain. Kau bukan pesolek yang hanya memamerkan ekor panjangmu yang indah, tapi kau Merak yang mampu mengilhami yang lainnya. Merak yang tidak hanya ingin menjadi indah sendiri, namun membuat makhluk lain menjadi indah, kau lebih terlihat seperti pahlawan di mataku, walaupun kau diselimuti oleh ribuan bulu halus nan menawan."

"Jangan lagi kau berpikir seperti itu kasih ku. Aku tidak akan meninggalkanmu. Karena Tuhan yang mendengar dan menguntai ribuan tasbih yang telah aku persembahkan. Mencintaimu, sungguh hal teristimewa bagi ku, yang tak akan mungkin aku lupakan. Yang aku inginkan, hanya kau tetap berusaha menjadi Merak Hijau yang pernah kukenal, yang mencintai ku apa adanya, dan tetap berjuang untuk dirimu dan makhluk lain di sekitarmu. Hanya itu harapan ku, agar pada suatu hari nanti, akan tumbuh Merak - Merak Hijau kecil yang lebih tangguh dari pada dirimu yang sekarang. Sungguh aku mencintai mu dengan penuh ketulusan dan keikhlasan Merak, kekasihku."

Mendegar perkataan Bangau, si Merak merasa terharu sekali. Dia terharu pada besarnya cinta Bangau pada dirinya, dan bertekad untuk memberikan yang terbaik bagi seluruh makhluk yang di kasihi dan dicintainya. Lalu, Merak pun mendaratkan kecupan di kening Bangau dan memeluk Bangau dengan erat sekali lagi dan berkata, aku akan berbuat yang terbaik untuk mu Bangau kekasihku. Akan ku untai ribuan tasbih cinta kita kepada Tuhan.