Sumber: Tribunews.com |
Pagi ini, saya terbangun dengan cuaca yang cukup dingin dan pemandangan yang masih sama seperti waktu - waktu yang lalu. Sambil menunggu rutinitas pagi yang kini selalu saya lakukan, maka tidak ada salahnya menonton berita pagi ini. Terkejut melihat berita pagi ini, Kamis, 22 Maret 2012 yang rata - rata memberitakan tentang aksi anarkis yang dilakukan oleh sejumla mahasiswa di seluruh daerah di Indonesia. Saya pun tersadar, apa yang saya lewatkan?? Apa yang terjadi dengan rekan - rekan saya di luar sana??
Berbagai berita di media cetak dan elektronik mengabarkan bahwa aksi mahasiswa menolak kenaikan harga BBM berubah menjadi anarkis di beberapa daerah di Indonesia seperti di Medan, Makassar, Ambon dan daerah lainnya. Kenapa bisa berubah menjadi anarkis? Dalam pandangan saya sebagai seorang mahasiswa biasa, ini semua terjadi karena titik jenuh dan letih para mahasiswa dalam menyampaikan aspirasi mereka. Berbagai cara telah dilakukan oleh mahasiswa, mulai dari aksi yang damai sampai pada tingkatan aksi yang anarkis.
Kebebasan berpendapat memang di jamin di negeri ini. Sejak tahun 1998, seluruh elemen masyarakat bebas berpendapat, menyampaikan apa yang menjadi aspirasi mereka. Namun, nyatanya pada pemerintahan sekarang, seluruh pendapat dan aspirasi yang disampaikan oleh sekian banyak lapisan masyarakat, tidak didengar, tidak di apresiasi oleh "Pemerintah".
Permasalahan naiknya harga BBM merupakan hal yang paling sensitif di negeri ini. Berbagai alasan yang terlihat logis di sampaikan kepada masyarakat. Alasan- alasan tersebut berbentuk data - data kuantitatif yang menunjukan seolah - olah Pemerintah sudah melakukan hal yang benar dan wajar. Satu yang ingin saya tanyakan, apakah Pemerintah sadar, bahwa yang paling dirugikan dalam hal ini adalah masyarakat kelas bawah sampai menengah yang tidak peduli dengan angka - angka kuantitatif. Yang mereka pikirkan hanya satu, kebutuhan hidup jangan makin mahal, BBM jangan naik agar hidup mereka tidak semakin susah.
Inilah bentuk manipulatif kenaikan BBM yang dilakukan oleh Pemerintah SBY. Banyak angka dan data - data yang tidak di transparansi kepada masyarakat mengenai kenaikan BBM agar terlihat seolah - olah memang ini adalah hal yang harus di pilih oleh pemerintah. Lalu agar Pemerintah terlihat seperti pahlawan, maka akan ada pemberian santuan dalam bentuk uang tunai sebesar Rp. 150.000 tiap bulannya dan akan di akumulasi di bulan ketiga menjadi Rp 450.000 (entahlah saya tidak peduli soal nama bantuannya). Apa hal tersebut menjamin? Apa hanya itu langkah nyata pemerintah yang bisa dilakukan untuk mensejahterakan rakyat?? Sungguh picik kalau bisa saya sebut pemerintahan SBY ini.
Kembali kepada kebebasan berpendapat yang terbuka lebar di negeri ini. Rakyat berpendapat, tapi pemerintah seolah meminta belas kasihan, atau bisa kita sebuh "curcol" dalam bahasa anak muda saat ini. SBY hadir dengan mengatakan bahwa dia menjadi sasaran tembak akibat kenaikan harga BBM ini, meminta belas kasihan dan terlihat seperti orang yang serba salah. Lalu apakah mereka pikir masyarakat peduli akan hal itu?? Hanya 1 kata, TIDAK. Masyarakat tidak peduli SBY menjadi sasaran tembak, jadi korban atau apapun, justru masyarakat malah semakin tersulut emosinya dan pada akhirnya banyak aksi yang dilakukan mahasiswa terutama dalam hal ini menjadi ANARKIS. Tidak adanya ketegasan dari pemerintah bahkan Presiden sendiri mengenai kondisi yang terjadi. Terlebih hal ini di manfaatkan oleh beberapa partai politik yang memang di jalur oposisi, untuk bersuara keras menolak pemerintah, tapi yang koalisi terlihat mengemis. IRONIS.
Aparat keamanan dalam hal ini POLISI juga menjadi pihak di tengah yang serba salah. Tapi saya melihat, tindakan mereka yang keras yang justru memicu anarkisme aksi mahasiswa. Cermati baik - baik setiap aksi anarkis yang pada akhirnya dilakukan oleh mahasiswa. Jika dibilang salah, memang salah, karena aksi yang berujung anarkis tersebut sangat disayangkan mahasiswa merusak fasilitas umum yang nantinya juga merugikan masyarakat dan mahasiswa yang melakukan aksi selalu di cap ANARKIS. Namun, seperti kata pepatah, tidak ada asap, jika tidak ada api.
Pemerintah seolah takut dengan ancaman akan adanya aksi besar - besaran yang dilakukan oleh mahasiswa tepatnya akan terjadi pada Selasa, 27 Maret 2012 dan akan terjadi di 21 provinsi di Indonesia. Tanpa di galang sebanyak 21 provinsi melakukan aksi besar - besaran pun, selama kebijakan mengenai kenaikan harga BBM ini tidak di sikapi dengan bijak, tegas dan nyata oleh pemerintah, maka anarkisme akan terus terjadi dalam setiap aksi mahasiswa.
Sumber: solopos.com |
Pesan saya sebagai mahasiswa biasa yang hanya bisa mengkritisi pemerintah melalu sebuah tulisan. Cobalah belajar bijak, tegas dan mengeri apa yang di inginkan rakyat. Lihat dari sudut rakyat melihat. Kalian bekerja bekerja pada kami. Kalian menjadi kaya raya karena tugas dan amanah untuk mengabdi pada kami. Kalian menjadi kaya raya karena alam kami yang kalian kelola. Tolong dengarkan kami, untuk sekali saja, berpihaklah pada rakyat dan penderitaan rakyat.
Untuk aparat keamanan, jangan bertindak keras dan justru menyulut aksi anarkis yang dilakukan mahasiswa di manapun. Boleh kita bekerjasama demi kedamaian negara ini. Kami pun mengetahui tidak mudah tugas yang kalian lakukan. Namun bukan berarti juga kalian bisa bertindak semena- mena kepada para masa aksi. Jangan sampai tragedi 1998 terulang. Kalian pun perlu tegas dengan pemerintah ini.
Untuk rekan - rekan mahasiswa yang berjuang saat ini. Perjuangan kalian tidak akan pernah usai, sampai para pemimpin besar negeri ini "terbangun dari tidurnya". Tapi satu pesan saya, untuk rekan - rekan semua, mohon jangan utamakan anarkisme. Kawan - kawan mahasiswa dari Indonesia bagian timur, barat ataupun tengah. Jangan dahulukan anarkisme kawan. Kita berjuang atas nama rakyat, tapi jangan malah kita makin menyusahkan rakyat dan membuat rakyat takut dengan kita. Hal yang perlu di sadari, kita adalah agent of change, kitalah penyambung aspirasi rakyat. Jadilah agen pelurus dari seluruh kesemerawutan yang terjadi di negeri ini, jangan menjadi agen penerus.
Sekian jerit hati saya melihat kondisi kronis negeri ini saat ini. Semoga tulisan ini sedikit menyentil dan menyadarkan seluruh lapisan baik pemerintah, aparat keamanan, rekan - rekan mahasiswa, bahkan masyarakat Indonesia. Berjuang untuk Indonesia yang lebih baik dan damai. Amien.
Fiola Ariyani
Kamis, 22 Maret 2012
Kamar 518. RSPP Jakarta.